Seorang
laki-laki akan merasa sempurna jika telah memenuhi kebahagiaan lahir
maupun batin. Kemapanan dalam pekerjaan, Kebutuhan materi terpenuhi,
segala fasilitas tersedia, dan kekasih yang berkerudung cantik. Itulah
yang kini dimiliki olah eksekutif muda yang bernama Rafael. Usaha
swalayan dan restoran yang ia rintis cukup sukses. Tepat di malam
minggu, ia mengajak makan malam kekasihnya. Berdandan semenarik mungkin
demi kekasih tercinta. Kemudian ia berangkat dengan HUMMER, mobil
kesayangannya.
“Selamat malam sayang, kamu cantik malam ini.” Rayuan maut Rafael
kepada Regina, kekasihnya. Matanya bersorot tajam seolah-olah telah
melihat bidadari dihadapannya.
“Makasih Mas, kau juga sangat tampan seperti pangeran.” Pujian halus
terpancar dari bibir tipis kekasihnya. Dengan mengenakan gaun putih
lengkap dengan kerudung putih, mata Rafael tak beranjak memandang
kemanapun.
“Sayang, yuk berangkat. Takut kemalaman. Sudah pesan tempat juga.
Kita nanti makan malam di tempat yang istimewa. Kamu pasti suka.” Ajakan
Rafael yang tidak mungkin terlontar kata tidak dari mulut Regina. Tak
berapa lama merekapun berangkat.
Benar saja, ketika mesin mobil dimatikan, mata Regina terperanga
melihat tempat mereka makan nanti. “Benarkah Mas, kita akan makan malam
di sini?” kata Regina. “Iya sayang....tempat istimewa untuk orang yang
teristimewa dalam hidupku.” Ujar Rafael sembari memegang tangannya dan
membawa ke tempat itu.
Di meja nomor 9, mereka duduk berhadapan. Di sekelilingnya terdapat
kolam ikan lengkap dengan lilin-lilin yang mengambang. Sangat pas tempat
itu untuk muda mudi yang memadu kasih. Tak beberapa lama, makanan yang
dipesan datang. “Terimakasih ya Mbak.” Kata Rafael kepada pelayan
restoran.
“Lihatlah sayang, rembulan telah menyaksikan kisah cinta kita.
Rasakan belaian lembut angin malam ini. Dia juga mengizinkan kekekalan
cinta kita sayang. Aku sangat beruntung punya kekasih seperti kau.
Cantik, baik, pengertian, dan berkerudung. Kurang apa dari dirimu
sayang.” Kata-kata lembut terlontar dari mulut Rafael yang hanya di
balas dengan senyuman oleh kekasihnya.
“Kita makan dulu ya say.” Kata rafael sambil membuka tudung saji di
atas meja. Ayam panggang, lobster goreng, sup ikan patin, iga bakar, dan
dua gelas jus alpukat telah tersedia di atas meja. Ia membalikkan
piring kekasihnya dan mengambilkan secentong nasi lengkap dengan
lauknya, “Sayang, tak suapi ya?”. “Iya Mas..” Dengan malu-malu, Regina
mengiyakan tawaran Rafael. Malampun tak terasa akan habis, mereka
menyudahi makan malam itu.
Paginya Rafael sulit menghubungi Regina. Ditelfon tidak diangkat, disms tidak dibalas. Ia positive thinking saja dengan hal itu. Mungkin dia sedang mandi atau sedang keluar rumah tanpa membawa handphone-nya. Kemudian dia menyusul ke rumahnya.
“Bu, Reginanya ada?” Ucap Rafael. “Hmmmm Reg..Regina pergi nak” Ibu
Regina berkata sambil terbata-bata. “Pergi kemana Bu? Sama siapa?” tanya
Rafael. “Regina pergi sama tunangannya nak” kata Ibunya sembari tak
tega untuk mengucapkan kata-kata itu. “Apaaaa!!!!!” teriak Rafael,
diantara percaya dan tidak.
Tak beberapa lama, ada mobil yang telah parkir di depan rumah Regina.
Mobil itu sangat mewah. Dibandingkan dengan mobil Rafael, harganya
belum sampai seperempat mobil itu. Dengan pintu terbuka ke atas,
muncullah lelaki setengah baya diikuti Regina. Seketika itu juga Regina
terkejut melihat kedatangan Rafael.
“Mas, kapan datang? Kok tidak kasih kabar dulu kalau mau datang?”
Basa-basi Regina untuk mencairkan suasana. “Kamu...!!!!” teriakan Rafael
ditujukan kepada Regina. Mata bak elang menghujam tatapan Regina. Tanpa
pikir panjang, Rafael pergi meninggalkan rumah Regina. Regina tak diam
diri. Disusulnya Rafael sambil berlari. “Mas, maafkan aku. Aku memang
bersalah. Biarkan kujelaskan semuanya.” Rintihan Regina sembari
meneteskan air mata. “Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi. Semuanya
sudah jelas. Ibu kamu juga sudah cerita tadi. Jadi, mulai detik ini,
lupakan saja aku. Panghianat!!!!!....heh ingatlah. Kau ini berkerudung!
Mana sikapmu sebagai wanita berkerudung? Mana? Kerudung palsu!!”
Rafael menuju ke mobilnya dan pulang. Dalam perjalanan, dia serasa
mimpi buruk. Mimpi yang menjadi kenyataan. Ia tidak percaya bahwa
kekasihnya sudah punya tunangan. Pandangannya kosong. Ia sudah tak
mempunyai daya untuk melakukan sesuatu. Dalah hatinya selalu mengatakan
bahwa kejadian tadi seperti tidak dipercaya. Wanita berkerudung tega
membohonginya setelah berpacaran selama dua tahun. Hatinya hancur,
berserakan seraya daun di musim gugur. Ia menyetir dengan pikiran yang
tidak karuan. Tak sadar dihadapan ada truk yang melaju kencang. Mobil
rafael sudah tak terkendali lagi, lalu banting stir dan menabrak pohon.
Luka di kepalanya sangat parah. Beberapa saat kemudian ia dilarikan ke
rumah sakit terdekat. Selang beberapa minggu dirawat di rumah sakit,
nyawa Rafael tidak tertolong lagi karena cidera yang cukup berat di
kepalanya.
Mendengar berita meninggal mantan pacarnya, Regina sangat kaget dan
terpukul. Ia menangis tiada henti. Saat Rafael meninggal, Regina sedang
melangsungkan pernikahan dengan lelaki setengah baya itu. Ia sangat
menyesali semua yang diperbuat kepada mantan pacarnya. Sebagai
penghormatan terakhir, ia berangkat ke pemakamannya. Derai tangis tak
terbendung lagi. Kehadiran Regina tidak diterima oleh keluarga Rafael.
Ia dibentak dan diusir dari makam. Setelah kejadian itu, Regina stres
berat. Ia seperti terkena gangguan jiwa. Akhirnya ia dicerai oleh
suaminya lantaran ia sudah sakit jiwa. Sepanjang harinya hanya bengong
dan bengong. Pandangan kosong tak ada arti. Ia sekarang dirawat di Rumah
Sakit Jiwa di kotanya. Seharusnya ia menyadari dari awal bahwa jangan
ia mempermainkan yang namanya cinta dan kepercayaan. Tetapi materi yang
membuatnya buta akan hal itu.
By: Muhammad Avivul Munthoha ·
0 komentar:
Posting Komentar