Senin, 31 Desember 2012

KERUDUNG PALSU


Seorang laki-laki akan merasa sempurna jika telah memenuhi  kebahagiaan lahir maupun batin. Kemapanan dalam pekerjaan, Kebutuhan materi terpenuhi, segala fasilitas tersedia, dan kekasih yang berkerudung cantik. Itulah yang kini dimiliki olah eksekutif muda yang bernama Rafael. Usaha swalayan dan restoran yang ia rintis cukup sukses. Tepat di malam minggu, ia mengajak makan malam kekasihnya. Berdandan semenarik mungkin demi kekasih tercinta. Kemudian ia berangkat dengan HUMMER, mobil kesayangannya.
“Selamat malam sayang, kamu cantik malam ini.” Rayuan maut Rafael kepada Regina, kekasihnya. Matanya bersorot tajam seolah-olah telah melihat bidadari dihadapannya.
“Makasih Mas, kau juga sangat tampan seperti pangeran.” Pujian halus terpancar dari bibir tipis kekasihnya. Dengan mengenakan gaun putih lengkap dengan kerudung putih, mata Rafael tak beranjak memandang kemanapun.
“Sayang, yuk berangkat. Takut kemalaman. Sudah pesan tempat juga. Kita nanti makan malam di tempat yang istimewa. Kamu pasti suka.” Ajakan Rafael yang tidak mungkin terlontar kata tidak dari mulut Regina. Tak berapa lama merekapun berangkat.
Benar saja, ketika mesin mobil dimatikan, mata Regina terperanga melihat tempat mereka makan nanti. “Benarkah Mas, kita akan makan malam di sini?” kata Regina. “Iya sayang....tempat istimewa untuk orang yang teristimewa dalam hidupku.” Ujar Rafael sembari memegang tangannya dan membawa ke tempat itu.
Di meja nomor 9, mereka duduk berhadapan. Di sekelilingnya terdapat kolam ikan lengkap dengan lilin-lilin yang mengambang. Sangat pas tempat itu untuk muda mudi yang memadu kasih. Tak beberapa lama, makanan yang dipesan datang. “Terimakasih ya Mbak.” Kata Rafael kepada pelayan restoran.
“Lihatlah sayang, rembulan telah menyaksikan kisah cinta kita. Rasakan belaian lembut angin malam ini. Dia juga mengizinkan kekekalan cinta kita sayang. Aku sangat beruntung punya kekasih seperti kau. Cantik, baik, pengertian, dan berkerudung. Kurang apa dari dirimu sayang.” Kata-kata lembut terlontar dari mulut Rafael yang hanya di balas dengan senyuman oleh kekasihnya.
“Kita makan dulu ya say.” Kata rafael sambil membuka tudung saji di atas meja. Ayam panggang, lobster goreng, sup ikan patin, iga bakar, dan dua gelas jus alpukat telah tersedia di atas meja. Ia membalikkan piring kekasihnya dan mengambilkan secentong nasi lengkap dengan lauknya, “Sayang, tak suapi ya?”. “Iya Mas..” Dengan malu-malu, Regina mengiyakan tawaran Rafael. Malampun tak terasa akan habis, mereka menyudahi makan malam itu.
Paginya Rafael sulit menghubungi Regina. Ditelfon tidak diangkat, disms tidak dibalas. Ia positive thinking saja dengan hal itu. Mungkin dia sedang mandi atau sedang keluar rumah tanpa membawa handphone-nya. Kemudian dia menyusul ke rumahnya.
“Bu, Reginanya ada?” Ucap Rafael. “Hmmmm Reg..Regina pergi nak” Ibu Regina berkata sambil terbata-bata. “Pergi kemana Bu? Sama siapa?” tanya Rafael. “Regina pergi sama tunangannya nak” kata Ibunya sembari tak tega untuk mengucapkan kata-kata itu. “Apaaaa!!!!!” teriak Rafael, diantara percaya dan tidak.
Tak beberapa lama, ada mobil yang telah parkir di depan rumah Regina. Mobil itu sangat mewah. Dibandingkan dengan mobil Rafael, harganya belum sampai seperempat mobil itu. Dengan pintu terbuka ke atas, muncullah lelaki setengah baya diikuti Regina. Seketika itu juga Regina terkejut melihat kedatangan Rafael.
“Mas, kapan datang? Kok tidak kasih kabar dulu kalau mau datang?” Basa-basi Regina untuk mencairkan suasana. “Kamu...!!!!” teriakan Rafael ditujukan kepada Regina. Mata bak elang menghujam tatapan Regina. Tanpa pikir panjang, Rafael pergi meninggalkan rumah Regina. Regina tak diam diri. Disusulnya Rafael sambil berlari. “Mas, maafkan aku. Aku memang bersalah. Biarkan kujelaskan semuanya.” Rintihan Regina sembari meneteskan air mata. “Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi. Semuanya sudah jelas. Ibu kamu juga sudah cerita tadi. Jadi, mulai detik ini, lupakan saja aku. Panghianat!!!!!....heh ingatlah. Kau ini berkerudung! Mana sikapmu sebagai wanita berkerudung? Mana? Kerudung palsu!!”
Rafael menuju ke mobilnya dan pulang. Dalam perjalanan, dia serasa mimpi buruk. Mimpi yang menjadi kenyataan. Ia tidak percaya bahwa kekasihnya sudah punya tunangan. Pandangannya kosong. Ia sudah tak mempunyai daya untuk melakukan sesuatu. Dalah hatinya selalu mengatakan bahwa kejadian tadi seperti tidak dipercaya. Wanita berkerudung tega membohonginya setelah berpacaran selama dua tahun. Hatinya hancur, berserakan seraya daun di musim gugur. Ia menyetir dengan pikiran yang tidak karuan. Tak sadar dihadapan ada truk yang melaju kencang. Mobil rafael sudah tak terkendali lagi, lalu banting stir dan menabrak pohon. Luka di kepalanya sangat parah. Beberapa saat kemudian ia dilarikan ke rumah sakit terdekat. Selang beberapa minggu dirawat di rumah sakit, nyawa Rafael tidak tertolong lagi karena cidera yang cukup berat di kepalanya.
Mendengar berita meninggal mantan pacarnya, Regina sangat kaget dan terpukul. Ia menangis tiada henti. Saat Rafael meninggal, Regina sedang melangsungkan pernikahan dengan lelaki setengah baya itu. Ia sangat menyesali semua yang diperbuat kepada mantan pacarnya. Sebagai penghormatan terakhir, ia berangkat ke pemakamannya. Derai tangis tak terbendung lagi. Kehadiran Regina tidak diterima oleh keluarga Rafael. Ia dibentak dan diusir dari makam. Setelah kejadian itu, Regina stres berat. Ia seperti terkena gangguan jiwa. Akhirnya ia dicerai oleh suaminya lantaran ia sudah sakit jiwa. Sepanjang harinya hanya bengong dan bengong. Pandangan kosong tak ada arti. Ia sekarang dirawat di Rumah Sakit Jiwa di kotanya. Seharusnya ia menyadari dari awal bahwa jangan ia mempermainkan yang namanya cinta dan kepercayaan. Tetapi materi yang membuatnya buta akan hal itu.

By: Muhammad Avivul Munthoha ·

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More